Pengalaman Menghadapi Kista Endometriosis

Ini adalah cerita berdasarkan pengalaman saya pribadi yang telah operasi kista coklat atau kista endometriosis tepatnya pada bulan Desember 2022 lalu. Kalau kamu juga adalah salah satu penderita endometriosis, tenang kamu nggak sendirian kok. Beberapa waktu lalu saya pun baru menemukan komunitas penderita endometriosis di Indonesia melalui Instagram, banyak endosister di sana. Di sana ada yang sudah menikah dan kalau baca-baca komentarnya sih ada juga kok yang belum menikah (seperti saya hehehe).

Bagi kamu sesama penderita endometriosis, in sya Allah kita bisa menghadapinya. Tulisan ini saya persembahkan khusus untuk kamu di luar sana sesama pejuang endometriosis. Walaupun katanya ini penyakit seumur hidup, asal tetap berusaha menjaga agar tidak terjadi kekambuhan, terus belajar, dan jangan berhenti berdoa in sya Allah kita kuat dan bisa menghadapinya. Nah, kalau kamu yang ke sini sekadar penasaran dengan pengalaman saya, semoga ini bisa jadi pembelajaran untuk kamu ya dan jangan takut duluan apalagi mendiagnosa sendiri.

“Oke, jadi gimana cerita awalnya Ri?”

Semuanya berawal dari sakit pinggang di pertengahan Oktober 2022 kalau nggak salah. Waktu itu sakitnya tergolong ringan banget menurut saya dan sakitnya pun di luar masa haid, jadi saya pikir waktu itu nggak ada hubungannya dengan organ reproduksi. Rasa sakit yang saya rasa waktu itu di area perut kanan bawah, kaya kepelintir gitu. Saya kira mungkin salah posisi tidur atau kurang olahraga. Tiap bangun tidur rasanya sakit terus saya olesin fresh care lalu sakitnya pun reda dan bahkan saya bisa berangkat ngantor dan beraktivitas seperti biasanya.

Sakitnya ringan tapi hilang timbul. Terus, pekan depannya sakit di perut saya semakin menjadi, sakiiiiittt bangeett. Saking sakitnya, saya nggak kuat solat sambil berdiri. Awalnya saya pikir sakitnya itu di organ pencernaan yang disebabkan karena makan makanan pedes (btw, saya memang suka makanan-makanan pedes juga). Saya ke kantor pun nggak kuat, karena sakit banget. Jujur saya belum pernah sesakit itu. Saya sampe olesin area yang sakit pake counterpain, tapi tetep aja ketika sakitnya timbul rasanya sakit banget. Saya sampe susah tidur, berulangkali bangun untuk ngolesin counterpain di area yang sakit.

Waktu itu juga BAB saya nggak lancar, hal ini bikin saya makin yakin kalau yang bermasalah memang pencernaannya walaupun saya nggak demam dan mual. Saya makan pepaya aja yang banyak waktu itu supaya bisa BAB. Alhamdulillah setelah bisa BAB, sakitnya mereda (bukan hilang sepenuhnya ya). Nah, makinlah saya yakin kalau itu hanya pencernaan aja yang bermasalah.

Ohh iya, setelah itu saya langsung datang bulan juga. Jadi, saya pikir rasa sakitnya saat itu nggak hilang sepenuhnya karena mau datang bulan kali ya? Tapi, ketika haid di awal November itu saya nggak ngerasa kesakitan banget ketika hari pertama/kedua karena waktu itu saya bisa ngantor aja kaya biasa. Saya menganggap haid berjalan seperti biasa, seperti yang terjadi di bulan-bulan sebelumnya.

Setalah haid selesai, sakit perutnya datang lagi. Rasa sakitnya jauh lebih sakit lagi dari yang sebelumnya. Saya inget waktu itu sakitnya kambuh ketika saya masih di kantor, waktu itu saya sampe berkurang konsentrasinya dan ketika sampe rumah begitu selesai markirin motor langsung tuh kerasa sakit lagi perutnya. Sakit banget, sampe saya harus bersandar dulu ke motor, nahan sakit. Sakitnya dari perut kanan bawah nembus ke area punggung dan area paha.

“Nangis nggak sih saking sakitnya?”

Wahhh jangan ditanya, ketika di rumah dan lagi sakit-sakitnya bisa sampe nangis karena sakit banget dan nggak tau kenapa bisa sampe sesakit itu. Rasa sakit itu nggak hilang dari bulan Oktober sampe sebelum ditindak operasi. Sampe akhirnya, saya cari tau dari google terus saya nemu beberapa kecocokan keluhan dengan penyakit usus buntu, ginjal dan organ reproduksi. Langsung overthinking waktu itu.

Atasan saya sampe nyaranin dan support untuk cek dulu aja ke dokter penyakit dalam. Padahal sebelumnya saya udah cek ke dokter umum dan sampe cek darah, hasil cek darahnya normal. Akhirnya, saya memutuskan ke dokter penyakit dalam dan oleh dokter udah diperkirakan ada yang salah dengan organ dalam dan dibuatkan resep untuk USG Abdominal.

Saya USG Abdominal waktu itu di salah satu lab di area Bandung. Deg-degan banget karena waktu USG saya sendirian. Tapi untuk menghibur diri waktu itu saya sempetin WFC alias work from cafe hahaha. Saya masih minum kopi di situ, btw kalau sekarang harus betul-betul dikurangi kata dokter. Kalau kamu masih minumin kopi nggak? Sorenya, saya ambil hasil USG ditemani oleh salah satu sahabat saya, alhamdulillah ada yang nemenin pas ngambilnya.

Ketika liat hasilnya saya nggak tau mau bilang apa. Ukuran kistanya udah cukup besar, dunia serasa seketika runtuh saat itu juga. Setelah itu, pekan depannya saya putuskan untuk segera ke dokter OBGYN terdekat dulu. Karena kondisi saya yang sakitnya terus hilang timbul, saya nggak mau badan terlalu capek ke sana-sini. Menurut dokter OBGYN pertama yang saya temui, saya harus dioperasi karena berdasarkan hasil USG kista yang menempel di ovarium saya sudah lebih dari 15 cm.

“Gimana perasaannya waktu itu?”

Hancur banget, karena dengan ukuran sebesar itu dokter saya bilang akan ada kemungkinan ovariumnya diangkat. Waktu itu rasanya nggak karuan dan pastinya sebagai perempuan yang kelak setelah menikah ingin memiliki keturunan sedih banget, tapi itulah salah satu fakta yang harus dokter sampaikan. Kamu penderita endometriosis juga merasakan hal yang sama nggak sih?

Saya mendatangi dua dokter waktu itu, akhirnya diputuskan saya harus operasi pengangkatan kista, karena ukuran kista yang sudah besar dan ditakutkan sewaktu-waktu bisa pecah di dalam. Selain itu, memang rasa sakitnya sudah mengganggu aktivitas saya sehari-hari.

Alhamdulillah operasi saya berjalan dengan lancar dan hanya kistanya saja yang diangkat. Lalu, setelah pengujian PA pada jaringan kista saya yang telah diambil, ternyata jenis kistanya adalah kista coklat/endometriosis. Sehingga dokter mengharuskan saya untuk menjalani terapi hormon saat ini supaya bisa mencegah kembalinya endometriosis. Endometriosis sendiri punya kemungkinan muncul kembali di bagian tubuh lain, tidak hanya di organ reproduksi aja.

“Apa bisa kista endometriosis kemunculannya diperkirakan?”

Dokter saya bilang itu tidak bisa, tapi selama perempuan masih berada dalam masa subur maka kemungkinan kembalinya endometriosis itu masih tinggi. Sehingga penderita endometriosis meskipun kistanya sudah diangkat, memang sebaiknya terus kontrol dengan dokter yang menangani.

Oh iya, dokter saya juga bilang selain dengan obat atau suntik, endometriosis bisa ditangani dengan kehamilan. Karena hormon kehamilan ini membantu kondisi endometriosis untuk membaik.

“Terus yang belum menikah gimana?”

Saya jadi inget beberapa waktu baca komentar-komentar di postingan media sosial yang terkait endometriosis. Bagi kamu yang belum menikah mungkin sama dokternya disuruh cepat menikah lalu segera punya anak ya? Hahaha. Sekali lagi saya bilang, tenang kamu nggak sendirian kok.

Kalau nanti memang sudah takdirnya, in sya Allah menikah dan punya anak. Mungkin salah satu hikmah yang bisa kita ambil sekarang, kita masih diberi waktu buat memperbaiki diri dan lebih baik lagi dalam mempersiapkan diri untuk menikah kelak. Kita juga diberi waktu untuk bisa berdamai dulu dengan endometriosis. Semoga kelak kita juga bisa diberi keturunan dengan cara alami dan normal. Aamiin.

Ohh iya, di blog ini mungkin belum terlalu jelas saya menuliskan ciri-ciri yang saya rasakan. In sya Allah di tulisan selanjutnya saya akan cerita lebih lengkap dan fokus terkait ciri-ciri yang saya rasakan ya. Karena ciri-cirinya di setiap perempuan yang kemungkinan menderita endometriosis bisa berbeda. Dan baru-baru ini juga saya habis nonton videonya dr. Tono Djuwantono ternyata endometriosis itu nggak selalu sakit.

Kamu punya pertanyaan atau mau cerita pengalaman kamu sendiri? Tulis aja di kolom komentar ya…

Yang mau komentar dan kasih masukan terkait penulisan boleh banget ya, karena udah hampir 2 tahun nih nggak nulis di blog haha.

Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/67NdpdBvUGY

6 tanggapan untuk “Pengalaman Menghadapi Kista Endometriosis

  1. RI.. Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya, insyaallah ini cara Allah buat bikin kamu lebih dekat sama Sang Maha Pencipta.. Semangaaaaaattt ria.. ❤️

  2. Hai mba, mau cerita tentang pengalamanku. Bulan november 2022 aku dinyatakan ada endometriosis dengan ukuran 3cm dan adenomiosis juga sekitar 1,6 cm. Alhamdulillah ukuran masih kecil dan sekarang aku udah masuk bulan ke 4 terapi hormon dengan minum obat visanne.
    Selama ini haid ku memang ga lancar, tapi sayangnya aku selalu berfikir oo…mungkin karna stres atau karna badan aku yang gemuk (pliss kalau ada yg sama jangan ditiru yaa harus lebih aware 🤭). Pada akhirnya aku ngerasa perut ku kram sampai ke pinggang dan punggung ga hilang sampai 1 minggu, dan kaki kiriku juga ikutan kram kdg seperti kesemutan dan buang air kecil juga jadi lebih sering. Awalnya aku juga ke dokter spesialis penyakit dalam tes darah dan enzim hasilnya baik. Sampai teman ku yg dokter penyakit dalam menyarankan aku segera ke obgyn karna dia yakin aku ada masalah di organ reproduksi.
    Akhirnya aku beranikan diri ke obgyn subspesialis onkologi, hasilnya yaaa memang ada “dua makhluk” itu di perut ku 😂 endometriosis dan adenomiosis. Antara lega karna udah tau apa sakitnya dan panik karna takut nanti susah buat punya anak. Setelah vonis dokter akhirnya aku mulai untuk mengubah pola hidupku mba. Memulai dari pola makan yang berubah menjadi lebih sehat walaupun awalnya aku jadi stres karna takut untuk makan, menghindari makanan yg bisa membuat endometriosis jadi lebih parah (aku sekarang stop makan ayam broiler, daging merah, junkfood dan lebih banyak mengkonsumsi ikan laut), perbanyak sayuran dan buah. Berusaha untuk olahraga rutin setiap hari yang ringan aja. Dalam bulan pertama setelah vonis aku turun 8 kg badan jadi lebih enak dan ringan. Bulan pertama aku minum obat hormon visanne mood ku gampang berubah, aku tetap haid tapi waktunya lebih lama 2 minggu dengan volume darah yang banyak dan perut sakit luar biasa, bulan kedua haid ku cuma flek coklat selama seminggu dan bulan ketiga minum visanne aku ga dapat haid sama sekali. Tapi alhamdulillah setiap bulannya endometriosis dan adenomiosisku terus mengecil udah di bawah 1cm, dokter ku juga baik bgt selalu menyampaikan dengan tenang dan memberi motivasi kalau semuanya bakal baik-baik saja asal aku tetap mau memperbaiki pola hidup untuk meningkatkan kualitas hidupku mba ☺️
    Alhamdulillah Allah sayang bgt sama kita ya mba “disentil sedikit” biar kitanya ga lengah selalu ingat rahmat dan kasih sayangNya. Buat endosister dimanapun berada tetap semangat yaa untuk pengobatannya semoga semuanya dimudahkan 😊

    1. MasyaAllah mba, makasih banyak udah mau sharing, makasih juga untuk energi positifnya yang ditularkan mba. Jadi terharuuu 😊🥺

      Mba hebat, kuat sekali menghadapi dua cobaan sekaligus endometriosis dan adenomiosis. Saya pernah denger juga mba dari dr. Tono terkait ademoniosis ini nggak boleh main-main. Alhamdulillah kalau kondisi mba kian membaik ya mba. Semoga sehat selalu ya mba…

      Saya juga setelah operasi, lanjut terapi hormon mba. Saya terapi hormonnya dengan cara disuntik. Setelah hampir 1 bulan suntik, saya haid panjang mba. Setelah dikonsultasikan dengan dokter saya itu adalah flek karena mengingat periodenya yang sudah sampai 1 bulan. Jadi, tetap bisa lanjut ibadah aja. Karena waktu itu bingung banget mba apa bisa tetep solat atau ngga.

      Terus, saya juga sekarang gitu mba kadang stress ya soal makanan. Bingung banget kadang tuh mana yang masih boleh dimakan atau ngga. Sekarang jadi jaga makan, terus jadi turun juga BBnya mba haha. Badan juga bawaannya jadi lebih enak ya setelah lebih menjaga pola makan.

      Sebagai endosister, mudah-mudahan memang kita orang terpilih ya di hadapan Allah, karena kita kuat dan in sya Allah bisa menghadapinya…

      Mba, izin share cerita mba ini di medsos apakah boleh mba? Barangkali di luar sana tulisan mba ini bisa lebih banyak menularkan semangat dan nilai positif ke orang lain 😇🙏

  3. Silahkan mba dishare aku senang bisa berbagi pengalaman dan saling bertukar cerita. Semangat yaa mba mari kita mengelola stres dengan baik dan tetap istiqomah buat hidup sehat. Peluk jauh dari Padang ❤️

Tinggalkan Balasan